Kursus di Surabaya

Surabaya - Graha Tristar
Jln. Raya Jemursari 244 Surabaya.
D3 Tataboga, Perhotelan & Pariwisata
D4 Perhotelan & Pariwisata
S2 Pariwisata

West Campus - Gedung IEU
Raya Dukuh Kupang 157B
S1 International Culinary Business


Kampus B Tristar
Kuliah Hemat Biaya
Jl. Kaliwaron 58-60, Surabaya
D3 Tataboga, Perhotelan & Pariwisata
S1 Culinary Business

Informasi
Telp. +62-31 8433224 & 8433225. HP. 08233752227 - 081234506326.
PIN BB: 2A6A1F4E - 2B425821

Jakarta - Kampus Tristar BSD
S1 Culinary Business
Telp: 021-5380668.
HP: 081286358533. PIN BB: 2A96E298.
Fax: 021-53155652.
Ruko BSD Sektor 7. Blok RL 31-33.
Serpong - Tangerang

Pages

Minggu, 13 Juli 2014

Kunjungan Sarwan (Finalis Master Chef ) ke Akpar Majapahit



Chef Sarwan Kunjungi Akpar Majapahit

Puji Fasilitas Praktik Mahasiswa

UPAYA Yayasan Eka Prasetya Mandiri –pengelola Akpar Majapahit —mendongkrak kualitas belajar mengajar di lembaga perguruan tinggi swasta itu tidak tanggung-tanggung. Setelah menghadirkan tim assessor dari Badan Akreditasi  Nasional-Perguruan Tinggi (BAN-PT), pada akhir bulan Maret 2014, sekarang giliran Chef Sarwan, atau biasa dipanggil Chef Katrok alias Chef Ndeso, dihadirkan di Akpar Majapahit pada 26-27 Maret 2014.

Chef Sarwan , yang merupakan salah satu kontestan Master Chef I memberi pujian terhadap fasilitas perkuliahan dan ruang praktik mahasiswa, setelah selama dua hari melihat langsung kegiatan belajar mengajar di kampus Akpar Majapahit di Jl Raya Jemursari No. 244 Surabaya tersebut.

“Kampus Akpar Majapahit cukup mewah. Fasilitasnya pun terbilang lengkap untuk ukuran lembaga pendidikan Diploma III yang baru seumur jagung,” katnya memberi kesan tentang Akpar Majapahit.

Chef Sarwan juga kagum melihat hasil karya mahasiswa. Jika awalnya mahasiswa baru rata-rata nol pengalaman. Kalau toh ada mahasiswa yang tahu, baru sebatas pegang pisau dan mengenal bumbu dasar, sekarang mereka sudah piawai menyajikan aneka menu masakan.

Kepiawaian mahasiswa ini tidak lepas dari sistem pengajaran yang ditawarkan oleh pihak Akpar Majapahit. Karena itu, ia juga memuji sistem pengajaran yang setiap hari praktik. “Kalau sistem pengajaran itu lebih banyak praktiknya, maka mahasiswa punya lebih banyak kesempatan untuk meng-create teori yang diajarkan dosen di bangku kuliah,” ujar Chef Sarwan, yang memulai kariernya sebagai Office Boy (OB) salah satu perusahaan di Surabaya.


Chef yang berpenampilan sederhana dan suka mbanyol ini merupakan salah satu chef yang disuka mahasiswa Akpar Mahasiswa. Namun dalam hal keilmuan di bidang yang dikuasainya, Chef Sarwan –yang saat ini menjadi konsultan di dapur-dapur hotel berbintang dan restoran di beberapa kota besar di Indonesia—itu dikenal tegas dalam memberikan masukan dan kritikan yang konstruktif kepada mahasiswa, terutama terhadap hasil karya mahasiswa.

Tak salah jika ketegasan Chef Sarwan itu akhirnya berbuah manis, karena setelah berinteraksi dengan mahasiswa selama dua hari itu dia menilai hasil ujian praktik culinary dan pastry mahasiswa Akpar Majapahit sesuai harapan. Ujian praktik massal mahasiswa program studi perhotelan spesialisasi food & beverage product (F&B), rata-rata mendapat nilai B+.

Dalam kesempatan itu, Chef Sarwan juga berbagi ilmu dengan mahasiswa terkait ujian praktik dengan sistem Mistery Box layaknya Master Chef. Mistery Box adalah bahan mentah masakan yang siap diolah menjadi aneka jenis masakan (sesuai kemampuan mahasiswa mengkreasi bahan mentah masakan yang diujikan).

Kahumas Akpar Majapahit, Hendrik Adrianus Sugirno mengatakan, kehadiran Chef Sarwan ke Kampus Akpar Majapahit akhir Maret lalu tidak di-setting dengan agenda kedatangan tim assessor BAN-PT yang melakukan akreditasi dua program studi Akpar Majapahit yakni Perhotelan dan Pariwisata.

Sekadar informasi, ujian praktik massal mahasiswa dibatasi waktunya antara 45-60 menit. Ujian tersebut mengambil tempat di laboratorium culinary dan pastry. Tim dosen penguji untuk pastry adalah Otje Wibowo S, Renny Savitri, Mickey Gunawan dan beberapa asisten dosen, sedangkan tim dosen penguji culinary adalah Yanuar Kadaryanto, Ari Purwantoro, Rizki Setiawan dan beberapa asisten dosen. (ahn)

Minggu, 06 Juli 2014

234 Anggota Koperasi Belajar Kuliner di Tristar Culinary Institute



Kolaborasi Kopwan Setia Bhakti Wanita Jatim dan Tristar Culinary Institute

234 Anggota Koperasi Belajar Kuliner

KEPERCAYAAN publik terhadap eksistensi Tristar Culinary Institute (TCI), sebagai lembaga pelatihan kuliner swasta di Surabaya yang berpengaruh semakin mengkristal. Kali ini giliran Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita Jatim Jl Jemur Andayani 55 Surabaya yang menjalin kerjasama dengan pihak TCI menggelar pelatihan kuliner untuk para anggotanya.


Kerja sama antara dua lembaga itu tertuang dalam Surat Perjanjian No. 361/OR/SK/KSBW/V/2014 tertanggal 16 Mei 2014 yang ditandatangani Ir Indri Soerjani, Ketua I Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita Jatim dan Nofembrianti dari pihak TCI Surabaya.


Bendahara II Kopwan Setia Bhakti Wanita Jatim Kusumo Wardhani, mengatakan, pelatihan kuliner menu katering ini merupakan program kerja koperasi untuk tahun 2014. Selain itu masih ada jenis pelatihan lain yang masuk program kerja tahun ini yakni teknologi informasi (TI) komputer, kerajinan (handicraft), dan menjahit (pecah model dan busana).

”Ketika itu kami tawarkan kepada anggota untuk mengikuti pelatihan kuliner menu katering ternyata dari 11 ribu-an anggota koperasi hanya menjaring 234 orang peserta. Sedangkan anggota lainnya memilih belajar komputer, busana atau kerajinan.Makanya 234 orang ini yang kami gilir belajar kuliner di TCI mulai 19 – 31 Mei 2014,” ujar Bu Dhani, sapaan karib Kusumo Wardhani ketika dihubungi melalui telepon di kantornya, Selasa (20/5).


Pelatihan kuliner kepada anggota Kopwan Setia Bhakti Wanita Jatim ini selain untuk menambah keterampilan anggota dalam hal kuliner, juga diharapkan kelak setelah mereka belajar praktik menu katering secara langsung, ada keinginan untuk membuka usaha katering sendiri sekalipun dalam skala rumahan.


”Nah, dengan bekal keterampilan masak memasak inilah, kami berharap para anggota koperasi bisa mengkreasikan pengalamannya ini dengan membuka usaha mandiri demi menambah penghasilan keluarga. Kami akan support mereka sampai sukses,” terang Kusumo Wardhani.

Nofembrianti dari TCI Surabaya menambahkan, kerjasama antara TCI dengan Kopwan Setia Bhakti Wanita Jatim ini merupakan bukti nyata bahwa keberadaan TCI tetap diperhitungkan dalam menghelat pelatihan kuliner maupun pelatihan nonfood.

Dalam surat perjanjian, sebetulnya yang dijadwalkan ikut pelatihan kuliner adalah 234 orang, tetapi untuk tahap awal anggota koperasi yang menyatakan kesiapannya baru 175-an. Makanya yang dilatih untuk sementara baru 175 orang. Pelatihannya sendiri dimulai sejak Senin (19/5) lalu dari pukul 09.00-14.0009.00-14.00 dengan durasi lima jam perhari.

Setiap hari pelatihan kuliner menu katering ini diikuti 25-30 peserta, yang terbagi dalam lima kelompok @ enam orang. Mereka diajarkan menu pembuka (aneka salad), menu inti (aneka olahan daging dan sayur) dan menu penutup (terdiri atas pudding dan aneka es).

Pihak TCI menunjuk dua orang sebagai instruktur andalnya, yakni chef Yudha Agustian dan chef Mahmudi, untuk mendampingi peserta pelatihan menu katering dari Kopwan Setia Bhakti Wanita Jatim.

”Selain itu, setiap peserta pelatihan berhak mendapatkan tas cantikdari TCI yang berisi celemek, materi pelatihan, ballpoint, snack (makanan ringan)dan air minum dalam kemasan. Setelah mengikuti pelatihan ini, setiap peserta akan kami berikan sertifikat,” pungkasnya. (ahn)

30 Petani Manggis Belajar Buat Cuka, Selai, Sari Buah, Dodol dan Wine dari Buah Manggis


Kerjasama Pemkab Wonosobo denganTristar Culinary Institute (TCI) Surabaya

30 Petani Manggis Belajar Buat Cuka, Selai, Sari Buah, Dodol dan Wine dari Buah Manggis

HARGA sebuah kepercayaan memang mahal. Ini dibuktikan Tristar Culinary Institute (TCI) Surabaya yang dipercaya Pemkab Wonosobo Jateng memberi pelatihan kepada 30 petani manggis berupa penanganan teknologi pasca panen,  menyusul semakin meningkatnya hasil panen buah manggis dari daerah tersebut.


Nah, terobosan melatih petani manggis bersama TCI Surabaya ini merupakan solusi cerdas yang diusung Pemkab Wonosobo untuk mengatasi melimpahnya hasil panen buah manggis dari sentra-sentra kebun manggis milik anggota kelompok tani manggis daerah Wonosobo dan sekitarnya. 

Merasa tersanjung karena mendapatkan kepercayaan dari Pemkab Wonosobo, maka pihak TCI pun mengirim tim lengkap yang tediri dari chef Lydia Nursanti, chef Gansar Aji Santoso, asisten chef WahyudanSuwono (kameramen) keWonosobo.

Pelatihan olahan manggis untuk membuat cuka, sari buah (minuman dalam kemasan), selai, dodol manggis, wine, bubuk granusasi (untuk buat permen dan minuman) bersama petani manggis itu dihelat pada 11-13 Mei 2014. 
Pelatihan penanganan pasca panen buah manggis itu merupakan kerja bareng antara Pemkab Wonosobo dengan melibatkan PT Sido Muncul, Mitra Herbal Indonesia (MHI) dan TCI Surabaya.

Pelatihan hari pertama, peserta pelatihan diajak praktik langsung membuat dodol manggis, selai, bubukgranulasi (untuk permen dan minuman).Bubuk granulasi dibuat dari sari buah manggis dicampur gula pasir, Bahan ini kemudian disangrai sampai menjadi granul. Granul ini dibikin bubuk (untuk minuman) atau granulasi untukmembuat permen.

Sedangkan pelatihan hari kedua, peserta diajarkan cara membuat berbagai olahan buah manggis untuk dijadikan cuka, wine, selai dan sari buah (minuman dalam kemasan). Sementara itu, kulit buah manggisnya sendiri diolah lebih lanjut oleh MHI untuk bahan baku membuat obat herbal.

Christian Gunawan dari MHI mengatakan, latar belakang dihelatnya pelatihan membuat aneka olahan dari buah manggis karena hasil panen manggis di daerah Wonosobo dari tahun ketahun trennya terus meningkat. Nah, pada saat panen raya, banyak buah manggis yang tidak terserap pasar sehingga harga buah di tingkat petani anjlok.

Untuk mengurangi kerugian di tingkat petani, maka Pemkab Wonosobo bersama MHI dan PT Sido Muncul tergerak untuk memberi pelatihan kepada anggota kelompok tani manggis berupa tata cara mengolah buah manggis, sehingga punya nilai tambah secara ekonomi bagi petani manggis dan keluarganya.

Sementara itu, kulit buah manggis, yang selama ini dianggap limbah, dimanfaatkan oleh pihak MHI untuk bahan baku pembuatan obat herbal. Dengan demikian petani manggis di daerah Wonosobo tidak perlu galau setiap memasuki panen raya, karena buah manggis hasil panen petani tetap terserap pasar.

Pasalnya, buah manggis yang tersedia melimpah pada saat panen raya bisa dijadikan aneka makanan olahan yang punya nilai ekonomi tinggi. Selain itu, kulit manggis yang selama ini menjadi sampah (limbah) juga ”laku” karena diserap oleh pihak MHI untuk bahan baku pembuatan obat herbal yang bermanfaat bagi kesehatan masyarakat.

Selainitu, sebagaia presiasi kepada petani manggis yang mengikuti pelatihan tersebut maka Pemkab Wonosobo melalui pihak MHI memberikan 30 bibit tanaman cabe obat, 30 bibit tanaman kapulaga, 30 bibit tanaman kayu ulet, 30 bibit tanaman obat lainnya berikut contoh produk jadi dari hasil pengolahan tanaman obat.

Chef Lydia Nursantidari TCI Surabaya menambahkan, pelatihan aneka olahan buah manggis yang diikuti 30 petani manggis ini berjalan lancar berkat atensi yang luar biasa dari Pemkab Wonosobo, PT Sido Muncul dan pihak MHI. 

”Kedepan, pelatihan semacam ini akan terus digalakkan oleh pemda setempat mengingat besarnya manfaat yang diperoleh petani dan keluarganya. Terobosan ini tentu memberi angin segar bagi petani untuk tetap fokus menjalankan usaha taninya,”terangSanti, sapaan karib Lydia Nursanti di ruang kerjanya, kemarin. (ahn)